Selasa, 09 Februari 2016

Tasawuf Irfani

A.    Pengertian Tasawuf Irfani
Secara etimologis, kata irfan merupakan kata jadian (masdhar) dari kata ‘arafa’ (mengenal/pengenalan). Adapun secara terminologis, ‘irfan diidentifikasikan dengan ma’rifat sufistik. Orang yang ‘irfat/ makrifat kepada Allah adalah yang benar-benar mengenal Allah melalui dzauq dan kasyf (ketersingkapan). Ahli ‘irfan adalah yang bermakrifat kepada Allah. Terkadang kata itu diidentifikasikan dengan sifat-sifat inheren tertentu yang tampak pada diri seorang ‘arif (yang bermakrifat kemada Allah), dan menjadi hal baginya. Dalam konteks ini, Ibn ‘Arabi berkata, ‘Arif adalah seseorang yang memperoleh penampakan Tuhan sehingga pada dirinya tampak kondisi-kondisi hati tertentu (ahwal). ‘Irfan diperoleh seseorang melalui jalan al-idrak al-mubasyir al-wudjani (penangkapan langsung secara emosional), bukan penagkapan langsung secara rasional. Pembicaraan tentang ‘irfan atau makrifat dikalangan sufi dimulai sekitar abad III dan IV H. Tokoh sufi yang sangat menonjol membicarakannya adalah Dzu An-Nun Al-Mishri (w. 245 H/859M). Sementara Al-Ghazali diposisikan sebagai tokoh sufi yang pertama kali mendalaminya secara intens.
Sebagai sebuah ilmu, ‘irfan memiliki dua aspek yakni aspek praktis dan aspek teoritis. Aspek praktisnya adalah bagian menjelaskan hubungan dan penaggungjwaban manusia terhadap dirinya, dunia dan Tuhan. Sebagai ilmu praktis, bagian ini menyerupai etika. Bagian praktis ini juga di sebut syar wa suluk (perjalanan rohani). Bagian ini menjelaskan bagaimana seorang penempuh rohani (salik) yang ingin mencapai tujuan puncak kemanusiaan, yakni tauhid, harus mengawali perjalanan, menempuh tahapan-tahapan (maqam) perjalanannya secara berturutan, dan keadaan jiwa (hal) yang bakal dialami sepanjang perjalanannya tersebut.
Sementara itu, ‘irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud (ontologi), mendiskusikan manusia, serta Tuhan alam semesta. Dengan sendirinya, bagian ini menyerupai teosofi (falsafah Illahi) yang juga memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, bagian ini mendefinisikan berbagai prinsip dan problemnya. Namun, jika filsafat hanya mendasarkan argumennya pada prinsip-prinsip rasional, ‘irfan mendasarkan diri pada ketersibakan mistik yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa rasional untuk menjelaskannya. [[1]]
Di samping ada tasawuf yang membahas moralitas yang terukur, seperti kejujuran, keikhlasan, dan perkataan yang benar, yang dinamakan tasawuf akhlaqi, ada juga tasawuf yang mempunyai tingkatan lebih tinggi lagi, yang di sebut tasawuf irfani. Tasawuf irfani tidak hanya membahas soal keikhlasan dalam hubungaan antarmanusia, tetapi lebih jauh menetapkan bahwa apa yang kita lakukan sesungguhnya tidak pernah kita lakukan. Inilah tingkatan ikhlas yang paling tinggi.

B.     TOKOH-TOKOH TASAWWUF IRFANI [2]
1.      Rabi’ah Al-Adawiah 95 – 185 H
a.      Biografi
                 Nama lengkap Rabiah adalah rabi’ah binti Ismail Al-Adawiyah Al-Bashriyah         Al- Qaisiyah. Ia di perkirakan lahir pada tahun 95 H/ 713 M atau 99 H/717 M di suatu             perkampungan dekat kota bashrah [irak] dan waaft di kota itu pada tahun 185 H/801 M.ia dilahirkan sebagai puteri keempat adri keluarga yang sangat miskin.
     Konon katanya pada saat terjadinya bencana di bashrah eliau di larikan penjahat dan         di jual untuk bekerja kepada keluarga atik dari suku Qais Banu Adwah,tetapi akhirnya   rabi’ah di bebaskan lantaran tuanya meliat cahaya yang memancar di atas kepala rabiah dan menerangi seluruh ruangan rumah saat dia beribadah.
     Rabi’ah membuat kota kelahiranya menjadi harum , dimana ia di anggap sebagai    orang mulia dan di hormati oleh orang semasanya di kerenakan oleh gaya hidup yang   penuh dengan ibadah dan akhlaknya yang mulia, yang tidak mau membagi cintanya     dengan sebuah perkawinan.
b.      Ajaran Tasawuf : Mahabbah (cinta)
                 Dalam perkembangan mistisme dalam islam, rabi’ah Al-‘Adawiyah tercatat            sebagai peletak dasar  tasawuf berdasarkan cinta kepada Allah.
     Aliran tasawuf (Mahabbah) kedudukanya sejajar dengan aliran-aliran tasawuf lainya          seperti ma’rifat(pengetahuan), al fana dan baqa’ (kehancuran dan ketetapan), dan al-         ittihad (persatuan) ataupun al-wujud(kesatuan wujud).
     Sikap dan pandangan Rabi’ah Al- Adawiyah tentang cinta dipahami dari kata-      katanya,baik yang langsung maupun yang disandarkan kepadanya. Al- Qusyairi           meriwayatkan bahawa ketika bermunajat, Rabi’at berdoa, “Tuhanku, akankah kau         bakar kalbu yang mencinta-Mu oleh api neraka ?” tiba-tiba terdengar suara “kami   tidak akan melakukan itu. Janganlah engkau berburuk sangka kepada kami”. Salah             satu di antara syair Rabi’ah :
           “kujadikan kau teman berbincang dalam kalbu.
            Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku.
            Dengan temanku tubuhku bercengkrama selalu.
            Dalam kalbu terpancang selalu kekasih cintaku”

2.      Dzu An-Nun Al-Mishri [180 – 246 H ]
a.      Biografi
                 Dzu An-Nun Al-Mishri adalah nama julukan bagi seseorang sufi yang tinggal         di sekitar pertengahan abad ketiga hijriyah. Nama lengkapnya Abu Al-Faidh Tsauban            bin Ibrahim. Ia dilahirkan di Ikhmim,dataran tinggi Mesir, pada tahun 246 H/856             M.dan wafat pada tahun 246 H/856 M. Julukan Dzu An-Nun diberikan kepadanya             berhubungan dengan berbagai kelebihan (kekeramatanya) yang diberi Allah SWT. 
b.      Ajaran Tasawuf
Ø  Makrifat
                                         Al-Mishri adalah pelopor paham makrifat. Dia          memperkenalkan konsep baru             tentang ma’rifah : dia membedakan   antara ma’rifah shufiyah dengan ma’rifah      ‘aqliyah. Ma’rifah shufiyah biasanya        digunakan oleh para sufi dengan pendekatan             qalbu. Ma’rifah ‘         aqliyah diguanakn oleh para teolog dengan pendekatan akal.      menurutnya, ma’rifah  sebenarnya adlah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati)      sebab ma’rifat merupakan fitrah dalam hati manusia sejak azali. teori-teorinya             tentang ma’rifat menyerupai gnosisme model Neo-Plantonik. Tori-toerinya ini        kemudian di anggap sebagai jembatan menuju teori-teori wahdah al-syuhud dan ittihad. Al- mishri juga di anggap sebagai orang yang pertama kali memasukkan unsur         falsafah dalam tasawuf.
*      Beberapa pandangan tentang hakikat makrifat:
1)      Sesungguhnya makrifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan Tuhan, tetapi yang dipercayai orang-orang mukmin ialah  makrifat[2] terhadap keemasan Tuhan yang khusus dimiliki para wali allah SWT. Sebab, mereka adalah orang yang menyaksikan Allah SWT. Dengan hatinya sehingga terbukalah baginya apa yang tidak dibukakan untuk hamba-hamba-Nya yang lain.
2)      Makrifat yang sebenarnya adalah Allah SWT. Menyinari hatimu dengan cahaya makrifat yang murni, seperti matahari tidak dapat dilihat, kecuali dengan cahayanya. Salah seorang hamba yang senantiasa mendekat kepada Allah SWT. Merasa hilang dirinya, lebur dalam kekuasaanya. Ia merasa sebagai  hamba yang berbicara dengan ilmu yang telah diletakkan Allah SWT. Pada lidah mereka, ia melihat dengan penglihatan Allah SWT, dan berbuat dengan perbuatan Allah SWT.
                 Kedua pandangan Al-Misri ini menjelaskan bahwa ma’rifat kepada Allah   SWT. Tidak dapat ditempuh melalui pendapatan akal dan pembuktian-pembuktian,      tetapi  dengan jalan ma’rifat batin, yaitu Tuhan menyinari hati manusia dan    menjaganya dari ketercemasan, sehingga semua yang ada didunia ini tidak             mempunyai arti lagi.
     Al-Mishri membagi pengetahuan tentang Tuhan (makfirat) menjadi tiga macam yaitu:        Ma’rifat seluruh muslim ma’rifat para teolog dan filosof ma’rifat para wali    Allah.
Ø  Maqamat dan Ahwal
                                         Pandangan Al- Misri tentang maqamat, dikemukakan pada beberapa          hal saja,             yaitu at-taubah, at-tawakal, dan ar-ridha.
     Menurut Al- Misri, ada dua macam tobat, yaitu tobat awam dan tobat khawas. Orang        awam bertobat kelalaian (dari mengingat Tuhan) Sedangkan tobat tersebut di bagi menjadi 3 tingkatan :
1)      Orang yang bertobat dari dosa dan keburukanya
2)       Orang yang bertobat dari kelalaian dari kealfaan mengingat Tuhan
3)       Orang yang bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya 
3.      Abu Yazid Al-Bustami [874 – 974 M ]
a.      Biografi
                 Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Surusyan  Al-        Bustami, lahir di daerah Bustam (Persio) tahun  874-947 M. Nama kecilnya  Taifur. Keluarga  Abu Yazid termasuk keluarga yang berbeda di daerahnya, tetapi ia lebih        memilih hidup sederhana. Sejak dalaam kandugan ibunya, Abu Yazid telah             mempunyai keajaiban. Kata ibunya,bayinya yang dalam kandungannya akan          memberontak sampai muntah kalau sang ibu memakan makanan yang diragukan   kehalalannya.
     Ketika masa remaja, Abu Yazid terkenal  sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan berbakti kepada kedua oragtuanya.   Suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat dari surat Lukman, ‘’Berterima kasihlah    kepada aku dan kepada kedua orang tuamu”. Ayat ini sangat mengetarkan hati Abu     Yazid. Ia  kemudian berhenti belajar dan pulang ke rumahnya untuk menemui ibunya.       Ini suatu gambaran tentang upayanya memenuhi setiap panggilan Allah SWT. 
                 Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memerlukan waktu puluhan       tahun. Sebelum membuktikan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah   menjadi seorang faqih dari madzhab Hanafi, salah seorang gurunya             yang  terkenal  adalah Abu Ali As-sindi. Ia mengajarkan kepada Abu Yazid ilmu             tauhid, dan ilmu lainnya. Hanya, ajaran Abu Yazid tidak ditemukan dalam bentuk             buku. Dalam menjalani kehidupan zuhud, selama 13 tahun Abu Yazid mengembara di    gurun-gurun pasir di Syam, hanya sedikit tidur , makan dan minum.
b.      Ajaran Tasawuf
Ø  Fana’ dan Baqa’
                                         Dari segi bahasa, fana’  berasal  dari kata faniya yang berarti            musnah atau             lenyap. Atau dalam bahasa inggris dissappear, perish,annihilate,       sehingga dapat di        pahami bahwa fana merupakan proses penghancuran diri bagi      seorang sufi agar dapat           bersatu dengan Tuhan. Adapun baqa’ berasal dari kata          baqiya, dari segi bahasa adalah           tetap, sedangkan berdasarkan istilah tasawuf ,             baqa’ berarti mendirikan sifat-sifat     terpuji kepada Allah SWT. Paham baqa’ tidak           dapat dipisahkan dengan paham fana’.   Keduanya merupakan paham yang     berpasangan. Jika seorang sufi sedang mengalami             fana’ ketika itu juga ia sedang            mengalami baqa’.

Ø  Ittihad
                                         Ittihad  adalah tahapan selanjutnya yang dialami       seseorang  sufi setelah             melalui tahapan   fana’  dan  baqa’ . Dalam    tahapan ittihad seorang sufi bersatu   dengan Tuhan. Antara yang mencintai dan yang        dicintai menyatu, baik substansi         maupun perbuatannya. Karena yang dilihat dan             dirasakan hanya satu wujud,   dalam ittihad bisa terjadi pertukaran antara yang       mencintai dan yang dicintai, atau   tugasnya antara sufi dan Tuhan. Dalam fana’-           nya, Abu Yazid meninggalkan dirinya           dan pergi kehadirat Tuhan. Ia telah                       berada dekat pada Tuhan dapat dilihat          dari  syatahad yang             diucapkannya.  Syatahad  adalah ucapan-ucapan yang dikeluarkan seoran sufi ketika        ia mulai berada dipintu gerbang ittihad.         
        
4.      Abu Manshur Al-Hallaj [855 – 922 M ]
a.      Biografi
                 Nama lengkap Al-Hallaj adalah Abu Al-Mughist Al-Husain bin       Manshur          bin Muhammad Al-Baidhawi, lahir di Tur, salah satu kota dekat        Baida,Persia, pada      tahun 244 H/855 M. Ia tumbuh dewasa di kota Wasith, dekat Baghdad. Pada usia 16            tahun, ia belajar pada seorang sufi terkenal saat itu, yaitu Sahl  bin       ‘Abdullah At- Tusturi di Ahwas. Dua tahun kemudian, ia pergi ke Basraah dan berguru    pada ‘Amr       Al-Makki yang juga seorang sufi, dan pada tahun 878 M. Ia masuk ke Bahdad dan     belajar kepada Al-Junaid. Setelah itu, ia pergi mengembara dari satu negeri lain,            menambah pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu tasawuf. Ia diberi gelar Al-        hallaj karena penghidupannya yang diperoleh dari memintal wol.
                 Dalam semua perjalanan dan pengembaraanya ke berbagai kawasan islam, seperti khurasan, ahwas,india, turkistan,dan mekkah, dia telah memperoleh banyak    pengikut kemudian beliau kembali ke baghdad pada tahun 269 H/909 M.
     ucapan Al-Hallaj ana al-haqq, yang konon tidak bisa dimaafkan para ulama fiqh            dan dianggap sebagai ucapan kemurtadan, dijadikan alasan untuk menangkap dan            memenjarakannya. Setahun kemudian, ia dapat meloloskan diri dari penjara berkat       pertolongan sopir penjara, tetapi empat tahun kemudian, ia tertangkap lagi di kota      Sus. Setelah dipenjara selama delapan tahun, Al-Hallaj dihukum gantung. Sebelum            digantung, ia dicambuk seribu kali tanpa mengaduh kesakitan, lalu dipenggal   kepalanya. Sebelum dipancung ia meminta waktu untuk melaksanakan shalat dua          rakaat. Setelah selesai shalat, kaki dan tangannya dipotong, badannya digulung dalam tikar bambu lalu dibakar dan abunya dibuang ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa       ke Khurasan untuk dipertontonkan. Al-Hallaj wafat pada tahun 922 M.
b.      Ajaran Tasawuf Al-Hallaj
                           Ada 3 ajaran pokok tasawuf Al-Hallaj: Hulul, Haqiqah         Muhahammadiyah      dan Wahdah al-adyan. Menurut Al-Hallaj, Allah mempunyai      dua      sifat dasar        yaitu: Lahut (sifat ketuhanan) dan Nasut (sifat kemanusiaan)
     Diantara ajaran tasawuf yang paling terkenal adalah al-hulul dan wahdat asy – syuhud      yang kemudian melahirkan paham widhad al-wujud (kesatuan wujud) yang di         kembangkan oleh Ibn ‘Arabi.
                             Menurut Al-Hullaj, bahwa pada hulul terkandung kefanaan total     kehendak  manusia dalam kehendak Ilahi sehingga setiap kehendaknya adalah             kehendak Tuhan.  Demikian juga tindakannya. Al-hallaj, sebenarnya tidak         mengakui         dirinya Tuhan dan  juga tidak sama dengan Tuhan, seperti yang terlihat dalam             sya’irnya :
            “Aku adalah rahasia yang mahabenar dan bukanlah yang mahabesar itu aku,
            Aku hanya satu dari yang benar maka bedakanlah antara kami”.
     Dapat disimpulkan bahwa halul yang terjadi pada Al-hallaj tidaklah real karena      member pengertian secara jelas adanya perbedaan antara hamba dan Tuhan. Dengan    demikian, halul yang terjadi hanya kesadaran psikis yang berlangsung  pada       kondisi fana’, atau menurut ungkapannya, sekedar terlebarnya nasut dalam lahut,   atau  dapat dikatan antara keduanya menjadi anggur  meskipun keduanya telah             bercampur.






[1].Nurulhidayanih.2014.tasawufirfani(online).ttp://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/tasawuf-irfani-al-sulami-dan-al-hallaj.html.
[2].Indrakurniawan.2011.tokoh-tokohtasawufirfani(online).http://fdj indrakurniawan.blogspot.co.id/2011/05/makalah-tokoh-tokoh-tashawuf-irfani.html

Pembelajaran tuntas, pembelajaran ramedial dan pembelajaran pengayaan

MAKALAH PEMBELAJARAN TUNTAS, PEMBELAJARAN RAMEDIAL, dan PEMBELAJARAN PENGAYAAN
Dosen : Agus Prayitno, M.Pd
logo IBBC.jpeg
Rizki Hikmawati
Pgmi
IAI Bunga Bangsa Cirebon
Jl. Widarasari No. III Tuparev Telp: 0231-246215






PEMBAHASAN
       I.            Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pembelajaran tertentu.
Pembelajaran tuntas di lakukan dengan pendekatan diagnostik.
Belajar tuntas merupakan filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua peserta didik dapat belajar bila di beri waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang mememadai. Selain itu, di percaya bahwa peserta didik dapat mencapai penguasaan akan satu materi bila standar kurikulum di rumuskan dan di nyatakan dengan jelas. Penilaian mengukur kemajuan peserta didik dalam suatu materi dengan tepat. Dan pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metode tuntas, peserta didik tidak di perkenankan untuk berpindah dari pembelajaran yang sedang di kerjakan ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukan kecakapan dalam materi sebelumnya.
a.       Komponen Pembelajaran Tuntas
1.      Konstruktivisme
§  Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengetahuan awal.
§  Pembelajaran harus di kems mejadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2.      Inquiry
§  Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
§  Siswa belajar menggunakan pengetahuan.
3.      Questioning
§  Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
4.      Learning community (masyarakat belajar)
§  Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri.
§  Tukar pengalaman
§  Berbagi ide
5.      Modeling
§  Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
§  Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakan nya.
6.      Reflection (refleksi)
§  Cara berfikir apa yang telah kita pelajari
§  Mencatat apa yang telah di pelajari
7.      Authentic assment (penilaian yang sebenarnya)
§  Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
§  Penilaian produk (kinerja).
§  Tugas-tugas yang relevan dan konsektual.
a.       Peran Peserta Didik
Peserta didik sebagai subjek didik  “fokus pada peserta didik dan yang akan di kerjakan serta Kemajuan bertumpu pada usaha dalam ketekunannya secara individual.
b.      Peran guru pada pembelajaran tuntas
§  Menjabarkan KD ( Kompetensi Dasar) ke dalam satua-satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan persyaratan.
§  Menata indikator  berdasarkana cakupan serta urutan unit.
§  Menyajikan materi dengan metode dan media yang sesuai.
§  Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik.
§  Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kempetensi (Kognitif, Psikomotor, dan afektif).
§  Menggunakan teknik diagnostik
§  Menyediakan  sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peseta didik yang mengalami kesulitan.
c.       Evaluasi
Penting di catat bahwa ketuntasan belajar dalam proses belajar mengajar di tetapkan dengan acuan patokan (criterion referenced) padasetiap kompetensi dasar dan tidak di tetapkan berdasarkan normal (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55 atau sampai nilai berapa yang membuat peerta didik dinyataka mencapai ketuntasan dalam belajar.
    II.            Pembelajaran Ramedial
Pembelajaran Ramedial adalah pembelajaran yang di berikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan kepada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang di akhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar peserta didik.
Pada hakikatnya semua peserta didik akan dapat mencapai standar kompetensi yang di tentukan. Hanya waktu pencapaian yang berbeda. Oleh karena itu perlu adanya program Pembelajaran Ramedial (perbaikan).
            Dengan di berikannya Pembelajaran Ramedial bagi peserta didik yang belum encapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu yang lebih lama dari pada mereka yang mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.
a.       Prinsip Pembelajaran Ramedial
Beberapa prinsip yang di perlu di perhatian dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifat nya sebagai pelayanan khusus antra lain :
§  Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-srndiri, oleh karena itu program pembelajaran raedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan , kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
§  Interaktif
Pembelajaran Ramedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring belajarnya. Jika di jumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera di beri batuan.
§  Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda , maka dalam pembelajaran remedial perlu di gunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaianyang seuai dengan karakteristik peserta didik.
§  Pemberian umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa informasi yang di berikan kepada peserta didik mengenai kemajuannya perlu di berikan sesegera mungkin, umpan balik dapat bersifat korektif aupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat di hindari kekeliruan belajar yang yang berlarut-larut yang di alami peserta didik.
§  Kesinambungan dan Ketersediaan dalam pemberian pelayanan
Program pembelajaran leguler dengan pembelajaran ramedialmerupakan satu kesatuan, dengan remedial harus berkesinambungan dan program nya selalu tersedia agar setiap saat peseta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
b.      Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik
1.      Tujuan
Diagnosis kessedang dan ulitan belajar di maksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat di bedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.
·         Kesulitaan belajar Ringan biasanya di jumpai pada peserta didik yang kurang perhatian disaat mengikuti pembelajaran.
·         Kesulitan belajara Sedang di jumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar dari luar peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan.
·         Kesulitan Belajar Berat di jumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra dan tuna daksa.
2.      Teknik
Teknik yang dapat di gunakan untuk mendiagnosiskesulitan belajar antara lain : tes persyaratan, (prasyarat pengetahuan, prasyarat pengetahuan, tes diagnostik, wawancara dan pengamatan).
·         Tes Persyaratan adalah test yang di gunakan ntuk mengetahui apakah persyaratan yang di perlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
·         Tes Diagnostik di gunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan padakompetensi penambahan, pengurangan pembagian atau perkalian.
·         Wawancara dilakukan dengan mendadak interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang di jumpai peserta didik.
·         Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat prilaku belajar peserta didik  dari pengamatan tersebut di harapkan dapat di ketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
c.       Pelaksanaan Ramedial
§  Pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
§  Belajar mandiri atau pemberian bimbingan secara khusus.
§  Pemberian tugas/materi.
§  Belajar kelompok dengan bimbingan alumni atau totor sebaya.
d.      Nilai Ramedial
Nilai remedial ideal nya lebih tinggidari nilai KKM. Apabila kebijakn di perlakukan, maka setiap peserta didik (termasuk yang sudah mencapai kkm), berhak mengikuti remedial untuk memperbaiki nilai sehingga mencapai nilai maksimal.
 III.            Pembelajaran Pengayaan
Peserta didik yang telah mencapai kompetensi lebih cepat dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannnya secara optimal melalui pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan dapat di rtikan sebagai suatu pengalaman atau kegiatan peserta didik yang telah melampaui persyaratan (KKM) yang di tentukan oleh satuan pendidikan dan tidak semua peserta dapat melakukan nya.
Pembelajaran pengayaaan memberikan kesempatan bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sehingga mereka dapat mengembangkan minat dan bakat serta mengoptimalkan kecakapannya. Pengayaan merupakan penguatan pada KD tertentu dengan member tugas membaca, diskusi dan lain-lain.
a.       Jenis Pembelajaran Pengayaan
§  Kegiatan eksprolasi
Kegiatan yang di rancang untuk di sajikan kepada peserta didik, sajian dimaksud dapat berupa peristiwasejarah, buku, tokoh masyarakat, yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum.
§  Keterampilan proses
Kegiatan yang di perlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang di minati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
b.      Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
§  Belajar kelompok
Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu di berikan pelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti pelajaran remedial.
§  Belajar Mandiri
Secara mandiri peserta didik belajar tentang sesuatu yang diminati.
§  Pembelajaran berbasis tema
Memadukan kurikulum dibawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan berbagai disiplin ilmu.
§  Pemadatan Kurikulum
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi materi yang belum diketahui peserta didik.






DAFTAR PUSTAKA
§  Administrator.2012.pembelajarantuntas(online).www.mbi_au.sch.id/mbi/berita-106-pembelajaran-tuntas.com
Di ambil pada tanggal 9 januari 2016
§  Masudah.2014.belajar-tuntas-makalah(online).blogspot.comi 2016
Di ambil pada tanggal 10 januar
§  Jumorumiyati.2013.wordpress.com
Di ambil pada tanggal 10 januari 2016
§  Syarifahyulia2013.blogspot.com
Di ambil pada tanggal 10 januari 2016